Selamat Datang :
Home » » ASAL USUL NAGARI MINANGKABAU

ASAL USUL NAGARI MINANGKABAU

{[['']]}

Minangkabau yang terletak ± 3 Km sebelah utara kota Batusangkar dan termasuk salah satu dari 5 (lima) Nagari dalam Kecamatan Sungayang, pada mulanya belumlah bernama Nagari Minangkabau, akan tetapi bernama Rona.
Diperkirakan dalam abad ke-14 datanglah rombongan orang dari Jawa yaitu dari Kerajaan Mojopahit hendak memerintah di daerah ini, salah satu cara untuk memperluas daerah jajarannya diluar pulau jawa. Oleh penduduk waktu itu dimusyawarahkan secara bersama bagaimana caranya ini. Akan dilawan tidak terlawan. Kebetulan waktu itu ada seorang tua yang bergelar Dt. Nan Tuo yang mempunyai rumah di rumah Nan Ciek. Dt. Nan Tuo ini mempunyai sandaran/persembunyiannya di bukit kepunyaannya sendiri yaitu di Anduriang yang tidak jauh dari rumahnya. Dia ini cerdik cendikiawan, makanya oleh penduduk dia dihormati dan disegani, malah dia dibuatkan oleh penduduk sawah gadang sudah semalam. Masyarakat menjelaskan kepada dia tujuan kedatangan orang dari Kerajaan Mojopahit tersebut yaitu menyuru terka kepada kita beberapa ekor anak itik yang sama warna, bentuk dan besarnya. Mana yang jantan dan mana yang betina, kalau tidak teterka oleh kita maka daerah kita akan diperintah dan dijajahnya, Jawab Dt.Nan Tuo tadi, ambil pasu atau loyang beri air dan makanan dalam pasu tersebut. Mana yang suka merendam/mengalahkan itulah yang jantan dan yang selebihnya betina. Lalu oleh penduduk waktu itu dibawalah anak itik tersebut kepancuran Madok serta diberi makan dalam pasu/loyang yang berisi air. Penduduk menangkap itik yang suka merendam dan mengatakan ini jantan dan yang lainnya ini betina, dan sesuai dengan kejadiannya atau teterkalah oleh penduduk. Keinginannya untuk menjajah sangat kuat sekali, lalu katanya 15 hari lagi kami akan datang.
Benar 15 hari setelah dia kalah datanglah rombongan tersebut dengan membawa sepotong kayu yang sama besarnya dan sulit untuk ditentukan mana ujung dan mana pangkalnya. Orang tersebut menyuruh terka kepada penduduk mana ujung dan mana yang pangkalnya. Penduduk lalu bertanya kembali kepada Dt.Nan Tuo, Jawab Dt.Nan Tuo masukkan kayu tersebut kedalam air, mana bagian yang membenam itulah pangkalnya dan yang terapung itulah ujungnya, atua ikat dengan benang ditengahnya. Lalu penduduk meminta kepada rombongan tersebut mana kayunya serta melaksanakan seperti yang disuruh oleh Dt.Nan Tuo serta mengatakan ini pangkalnya dan ini ujungnya. Teterka lagi oleh penduduk. Rombongan tersebut sekarang tambah kesal lagi sehingga dia mengatakan kami tak senang dan tak mau kalah kami akan datang lagi 15 hari mendatang dangan membawa orang yang paling tinggi dan akan kita uji mana yang paling tinggi itulah yang menang. Sepeninggal rombongan itu penduduk lalu menyampaikan kepada Dt.Nan Tuo. Kata Dt.Nan Tuo cari rumpun bambu yang dipinggir jalan dan bersihkan jalannya kesana kemudian kemudian letakkan periuk pada pucuk rebungnya. Oleh penduduk apa yang dikatakan oleh Dt.Nan Tuo itu lalu dicari dan dilaksanakan. Memang 15 hari sesudah kalahnya dia itu rombongan datang lagi. Maka oleh penduduk dibawa orang yang paling tinggi tersebut ketempat periuk yang digantungkan tadi dan disuruh dia mengambilnya, dan dikatakan oleh penduduk orang tertinggi kami baru saja pergi lihatlah sapah sirihnya baru, lalu dicoba oleh orang tertinggi mereka mengambil periuk diatas bambu tersebut dan tidak terjangkau/terambil, maka kalahlah dia. Akhirnya rombongan tersebut semakin kesal dan mengatakan 15 hari lagi kami akan datang kesini dengan membawa kerbau besar untuk diadu dengan kerbau disini.
Sepeninggal rombongan tersebut penduduk pergi menyampaikan kepada Dt. Nan Tuo, dan jawab Dt. Nan Tuo cari anak kerbau yang sedang erat menyusu, buat tanduk dari besi seperti taji dan asah tajam-tajam dan ikatkan erat-erat dikepala anak kerbau itu nanti sehingga tidak akan mungkin untuk tanggal walaupun anak kerbau itu berlari. Tanduk ini dipasang diwaktu akan bertanding nanti. Tanduk sudah disiapkan dan anak kerbau tersebut adalah anak kerbau Dt. Pamuncak Majo Basa. Kemudian dicari dan dimusyawarahkan dimana tempat mengadu kerbau nanti. Dapatlah kesepakatan tempat mengadu kerbau itu nanti di balai-balai sidusun yang tidak jauh dari lokasi Dt.Nan Tuo tersebut. Seminggu menjelang hari kerbau itu diadu anak kerbau beserta induknya dipindahkan tempatnya kedekat lokasi serta disembunyikan tempatnya dan diinanglah atau dipeliharahlah oleh orang yang telah ditetapkan.
Tiga hari menjelang hari yang telah ditetapkan kerbau ini dipisahkan dari induknya dan tidak dibolehkan dia menyusu kepada induknya, tetapi makan dan air tetap disiapkan dan dipelihara/dijaga. Pagi hari di hari ke 15 datanglah rombongan orang jawa tersebut (Kerajaan Mojopahit) dengan membawa seekor kerbau betina yang besar dan minta dicarikan lawan kerbaunya kepada penduduk. Lalu kerbau besar dan rombongannya itu dibawalah ketempat yang telah disiapkan yaitu di Balai-balai sidusun. Kemudian anak kerbau kita yang telah diinang tiga hari tersebut dipasangkan tanduk dari besi yang ditajamkan serta diikatkan denga erat-erat ke kepala anak kerbau tersebut sehingga tidak akan tanggal walaupun anak kerbau tersebut berlari. Penduduk mengiringkannya secara bersama-sama,setelah kedua kerbau itu tiba dibalai-balai sidusun penduduk sudah ramai mengelilinginy. Rombongan orang jawa dengan bangga dahulu melepaskan kerbau besarnya dan menganggap enteng kerbau kecil. Kemudian anak kerbau kecil kita kepunyaan Dt. Pamuncak Majo Basa yang telah tiga hari tidak dapat air susu induknya karena diinang (ditanggung) dilipaskan. Penduduk kita sangat cemas melihat besar kerbau betina itu, karena tidak sebanding rasanya ukuran badannya.
Setelah dilepaskan anak kerbau kecil kita selalu kebelakang induk kerbau besar itu. Apalagi dia sudah haus ingin menyusu dan yang dihadapinya ini adalah induk kerbau besar. Kerbau betina itu kewalahan menghadapi kerbau kecil kita, setiap ingin menyusu tanduk dari besi yang tajam itu selalu merobek bawah perutnya, oleh karena tidak tertahan lagi serta darah mulai bercucuran, larilah induk kerbau itu kearah barat melalui Bato Poro lari sepanjang jalan raya. Tiba ditembok ketek dia menyimpang kepersawahan menuju arah Pagaruyung. Orang mengiringkan semakin bertambah ramai, seolah-olah seperti ramainya dibalai. Sawah tersebut sekarang disebut Sawah Balai, kemudian kerbau tersebut terus menuju ke Pagaruyung. Agar jangan sampai dia lari terlalu jauh, lalu kerbau itu dihambat orang (dihalangi orang,sehingga dia tidak jadi lari kepagaruyung).
Sawah tempat menghambat kerbau itu sekarang bernama Sawah Siambek. Kerbau itu lari kembali keatas kearah jalan raya dan selalu diikuti orang ramai, sehingga sudah banyak yang tinggal-tinggal terompa (sandal) atau sepatunya sehingga lokasi tempat terompa/sepatu banyak tinggal itu sekarang dinamakan dengan Sawah Sepatu.
Disebuah kebun dekat jalan raya kerbau itu mengamuk atau mulai melawan atau naik bagaknya. Lokasi tersebut sekarang bernama Parak Bagak. Kerbau itu terus lari menelusuri jalan raya manuju Batusangkar. Disuatu daerah perut panjang kerbau itu sudah mulai keluar dan daerah tersubut sekarang bernama Koto Panjang. Kerbau itu terus berlari dan isi perutnya makin bertampah banyak keluar. Daerah itu sekarang bernama Simpurut. Dari simpurut ini kerbau itu terus lari kearah utara, oleh karena kekuatannya semakin menurun dan lemah akhirnya kerbau tersebut terjatuh dan tak bisa lari lagi dan disembililah disana dan serta dikelupaskan kulitnya atau jangatnya. Tempat itu sekarang bernama Sijange. Tanduk kerbau betina yang besar yang telah kalah itu diambil yang sebelah kanannya untuk sebagai bukti kemenangan atau menangnya kerbau kita, dan yang sebelah kirinya dibawa kembali kejawa sebagai bukti kekalahannya. Tanduk kerbau yang kalah tersebut sekarang masih dapat dilihat yaitu dirumah gadang Dt.Majo Basa karena yang punya anak kerbau kecil penyebab kemenangan dahulu itu adalah milik dia bersama kaumnya.
Semenjak kejadian tersebut daerah pemukiman penduduk berobah namanya menjadi Nagari Miang Kabau. Akhirnya berobah sedikit logat menjadi Minangkerbau.
Demikianlah asal usul daerah pemukiman penduduk ini menjadi Nagari Minangkabau.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Julian chandra | Mas Template
Copyright © 2011. JULI PHOTOGRAFY - And group
Template Created by julian chandra Published by Julian chandra
Proudly powered by Blogger